Boleh senang? Keypad P di laptop sehat kembali. Akhirnya
blog ini kembali ke logat aslinya setelah kemarin ke-Arab-araban. Kalau ada
yang bilang orang Sunda kalau ngomong F jadi P, memang benar, dan bahkan
laptopnya juga.
***
Persib juara euy!! Persib tea.. nu Aing. Aing nu saha? Nya
nu Gusti Alloh atuh. (Persib milikku, aku milik siapa? Ya milik Yang Maha Kuasa
dong).
Boleh cerita? Kemarin mencari proyektor seperti mencari
tukang duren di musim cherry. Untuk apa? Untuk nobar Persib di dekat rumah yang
digagas anak-anak karangtaruna. Ke dago, ke tubagus, ke alun-alun, gak nemu.
Iya da bukan nyari proyektor. Nyari ke antapani, kata si bapanya habis, tinggal
yang 500rb itu juga 1 butir lagi katanya. Maka H-1 final, semua prajurit
berkeliaran ke berbagai penjuru kota mencari si proyektor. Ke bapak RW, ke guru
SD, ke ustad, ke tukang tutut, pada gak punya. Baru dapat hari-H. Dari sekretaris
RW.
Singkatnya Persib juara dan si Zulham menang 300 juta. Mau
konvoi ke jalan raya sama barudak. Tahun lalu itu, waktu persib juara liga
se-Indonesia, saya lagi di Rinjani. Menyesal tidak ikut rame-ramean di Bandung.
Jadi malam itu ya hayu lah.
***
Kisah Knalpot Ngagerung.
Banyak handai taulan yang bertanya-tanya soal ini : “Buat
apa sih nge-gerung-gerungin knalpot? Esensinya apa?” Ini adalah pertanyaan yang
sulit dijawab bahkan oleh si knalpotnya sendiri.
Boleh ngasih penjelasan? Dengerin aku dulu. Iya aku coba
jelasin, yang. Sebisanya.
Saya bukan pemerhati knalpot. Saya sukanya merhatiin kamu.
Tapi, di malam konvoi itu tiba-tiba jadi pemerhati knalpot, tapi masih lebih merhatiin
kamu (dari kejauhan). Jika ditelaah asal muasal kenapa harus ngagerungin
knalpot di jalanan sambil memblokade jalan, itu panjang ceritanya. Manusia
terlahir dengan selamat dan juga akal, pola pikir, kesehatan jasmani dan
rohani. Seperti benih. Benih ini tumbuh kembang. Kualitas ketika ia dewasa
ditentukan dari tempat ia ditanam. Di pot yang cuma disiram air kencing kah? Atau di tanah gembur yang ada
podol domba kah? Atau urban farming kah? Manusia pun seperti itu, menurut saya.
Salah satu faktor penentu pola pikir kita yang berbeda-beda adalah seberapa
bagus kadar podol domba dan siapa yang mengurus kita. Nah, manusia-manusia yang
ada pada malam itu pun keadaan otaknya bisa dikategorikan berdasarkan jenis
knalpotnya.
1. Pemakai knalpot bising. Jadi, malam itu saya
perhatikan, orang-orang semacam ini mobile sekali, tidak masuk dalam kelompok
motor-motor standar knalpot default pabrikan. Kalaupun masuk di suatu kelompok,
pastilah memiliki kesamaan ‘ke-gerungan’ dan ke-geringan. Mereka ingin tampil
paling menonjol diantara puluhan motor lainnya. Dengan lihat tangannya memainkan
gas, knalpotnya mulai meraung, dan banyak orang-orang di sekitarnya
melambai-lambaikan tangannya di pinggir kupingnya, seolah-olah itu kode morse
supaya si owner motornya menancap gasnya semakin kencang semakin meraung. Tidak
ada tujuan sosial yang menghasilkan pahala di balik tindakan ini. Dari kacamata
saya, dia hanya ingin ‘menonjol’. Ini adalah fenomena masa kini di mana manusia
baru diakui oleh manusia lain dari tingkat eksistensinya dalam suatu komunal.
2. Pemakai knalpot default. Mereka ini yang tampil
biasa di jalanan. Ikut memacetkan tapi sedikit membuat keributan. Paling cuma
nyanyi-nyanyi yel-yel. Ada yang tidak suka mencari perhatian, ada yang berharap
mendapat perhatian. Bahkan rela mengganti knalpot defaultnya malam itu juga
dengan knalpot Yoshimura yang mura-mura supaya yaa itu tadi, eksistensi dan
pengakuan.
Bagi yang tidak sengaja membaca ini, plis jangan jadikan ini
sebagai bahan ngomic di stand-up comedy, plis!
***
Jika kita melihat acara konvoi persib ini dari berbagai
sudut pandang, kiranya amarah bisa diredam. Pengguna mobil, pekerja yang pulang
larut malam, anda-anda yang anti akan segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya,
anda yang tipikal manusia tidak seru, anda yang terjebak kemacetan merasa
terganggu, bisa melihat kejadian itu dari kacamata lain. Cobalah anda berbaur
di jalan, nikmati euforianya, gilanya, ketidakjelasan itu semua. Karena pesta
itu seringkali tidak jelas tujuannya, yang penting senanglah kitanya. Dan yang
memblokade, ribut-ribut, bikin macet itu akhirnya senang, kok. Lagi pula, malam
ini saja anda terganggu. Kiranya kami mengganggu, mohon maaf.
Pelaku kemacetan, ribut-ribut, dan aksi konvoi di jalan juga
mengerti kondisi lalu-lintas. Itulah sebabnya kenapa mereka munculnya tengah
malam. Biar jalan sepi dan yang terganggu pun tidak sebanyak pada hari kerja jam
kerja. Kalaupun ada mobil ambulans atau pemadam kebakaran, ya pasti
dipersilakan. Ribut juga dinikmati warga dan yang penting tidak menabrak
kumandan adzan.
Kalau boleh saya ceritakan, malam itu warga Bandung bukan
warga yang biasa saling serempet di jalanan ketika peak hour lalu lintas. Warga
Bandung bukan warga yang menakutkan meski jaketnya bertuliskan XTC, Brigez,
Moonraker, dll. Warga Bandung bukan warga yang meresahkan meski badan bertato
dan mabok arak oplosan. Sampai lelah saya menyapa dan disapa warga dari
Cicaheum sampai Alun-alun, Gasibu, dan sekitarnya. Pulang jam 2 pagi. Senang
bisa ngalelewe polisi di depan mukanya karena saya boncengan dempet 3 tanpa
helm tanpa STNK. Saya kira semua orang malam itu setuju.
No comments:
Post a Comment