20.10.15

Jawaban Tentang Nga-gerung-gerung Knalpot.

Boleh senang? Keypad P di laptop sehat kembali. Akhirnya blog ini kembali ke logat aslinya setelah kemarin ke-Arab-araban. Kalau ada yang bilang orang Sunda kalau ngomong F jadi P, memang benar, dan bahkan laptopnya juga.

***

Persib juara euy!! Persib tea.. nu Aing. Aing nu saha? Nya nu Gusti Alloh atuh. (Persib milikku, aku milik siapa? Ya milik Yang Maha Kuasa dong).

Boleh cerita? Kemarin mencari proyektor seperti mencari tukang duren di musim cherry. Untuk apa? Untuk nobar Persib di dekat rumah yang digagas anak-anak karangtaruna. Ke dago, ke tubagus, ke alun-alun, gak nemu. Iya da bukan nyari proyektor. Nyari ke antapani, kata si bapanya habis, tinggal yang 500rb itu juga 1 butir lagi katanya. Maka H-1 final, semua prajurit berkeliaran ke berbagai penjuru kota mencari si proyektor. Ke bapak RW, ke guru SD, ke ustad, ke tukang tutut, pada gak punya. Baru dapat hari-H. Dari sekretaris RW.




Singkatnya Persib juara dan si Zulham menang 300 juta. Mau konvoi ke jalan raya sama barudak. Tahun lalu itu, waktu persib juara liga se-Indonesia, saya lagi di Rinjani. Menyesal tidak ikut rame-ramean di Bandung. Jadi malam itu ya hayu lah.

***

Kisah Knalpot Ngagerung.

Banyak handai taulan yang bertanya-tanya soal ini : “Buat apa sih nge-gerung-gerungin knalpot? Esensinya apa?” Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab bahkan oleh si knalpotnya sendiri.
Boleh ngasih penjelasan? Dengerin aku dulu. Iya aku coba jelasin, yang. Sebisanya.

Saya bukan pemerhati knalpot. Saya sukanya merhatiin kamu. Tapi, di malam konvoi itu tiba-tiba jadi pemerhati knalpot, tapi masih lebih merhatiin kamu (dari kejauhan). Jika ditelaah asal muasal kenapa harus ngagerungin knalpot di jalanan sambil memblokade jalan, itu panjang ceritanya. Manusia terlahir dengan selamat dan juga akal, pola pikir, kesehatan jasmani dan rohani. Seperti benih. Benih ini tumbuh kembang. Kualitas ketika ia dewasa ditentukan dari tempat ia ditanam. Di pot yang cuma disiram air  kencing kah? Atau di tanah gembur yang ada podol domba kah? Atau urban farming kah? Manusia pun seperti itu, menurut saya. Salah satu faktor penentu pola pikir kita yang berbeda-beda adalah seberapa bagus kadar podol domba dan siapa yang mengurus kita. Nah, manusia-manusia yang ada pada malam itu pun keadaan otaknya bisa dikategorikan berdasarkan jenis knalpotnya.

1.     Pemakai knalpot bising. Jadi, malam itu saya perhatikan, orang-orang semacam ini mobile sekali, tidak masuk dalam kelompok motor-motor standar knalpot default pabrikan. Kalaupun masuk di suatu kelompok, pastilah memiliki kesamaan ‘ke-gerungan’ dan ke-geringan. Mereka ingin tampil paling menonjol diantara puluhan motor lainnya. Dengan lihat tangannya memainkan gas, knalpotnya mulai meraung, dan banyak orang-orang di sekitarnya melambai-lambaikan tangannya di pinggir kupingnya, seolah-olah itu kode morse supaya si owner motornya menancap gasnya semakin kencang semakin meraung. Tidak ada tujuan sosial yang menghasilkan pahala di balik tindakan ini. Dari kacamata saya, dia hanya ingin ‘menonjol’. Ini adalah fenomena masa kini di mana manusia baru diakui oleh manusia lain dari tingkat eksistensinya dalam suatu komunal.

2.      Pemakai knalpot default. Mereka ini yang tampil biasa di jalanan. Ikut memacetkan tapi sedikit membuat keributan. Paling cuma nyanyi-nyanyi yel-yel. Ada yang tidak suka mencari perhatian, ada yang berharap mendapat perhatian. Bahkan rela mengganti knalpot defaultnya malam itu juga dengan knalpot Yoshimura yang mura-mura supaya yaa itu tadi, eksistensi dan pengakuan.

Bagi yang tidak sengaja membaca ini, plis jangan jadikan ini sebagai bahan ngomic di stand-up comedy, plis!

***

Jika kita melihat acara konvoi persib ini dari berbagai sudut pandang, kiranya amarah bisa diredam. Pengguna mobil, pekerja yang pulang larut malam, anda-anda yang anti akan segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya, anda yang tipikal manusia tidak seru, anda yang terjebak kemacetan merasa terganggu, bisa melihat kejadian itu dari kacamata lain. Cobalah anda berbaur di jalan, nikmati euforianya, gilanya, ketidakjelasan itu semua. Karena pesta itu seringkali tidak jelas tujuannya, yang penting senanglah kitanya. Dan yang memblokade, ribut-ribut, bikin macet itu akhirnya senang, kok. Lagi pula, malam ini saja anda terganggu. Kiranya kami mengganggu, mohon maaf.



Pelaku kemacetan, ribut-ribut, dan aksi konvoi di jalan juga mengerti kondisi lalu-lintas. Itulah sebabnya kenapa mereka munculnya tengah malam. Biar jalan sepi dan yang terganggu pun tidak sebanyak pada hari kerja jam kerja. Kalaupun ada mobil ambulans atau pemadam kebakaran, ya pasti dipersilakan. Ribut juga dinikmati warga dan yang penting tidak menabrak kumandan adzan.


Kalau boleh saya ceritakan, malam itu warga Bandung bukan warga yang biasa saling serempet di jalanan ketika peak hour lalu lintas. Warga Bandung bukan warga yang menakutkan meski jaketnya bertuliskan XTC, Brigez, Moonraker, dll. Warga Bandung bukan warga yang meresahkan meski badan bertato dan mabok arak oplosan. Sampai lelah saya menyapa dan disapa warga dari Cicaheum sampai Alun-alun, Gasibu, dan sekitarnya. Pulang jam 2 pagi. Senang bisa ngalelewe polisi di depan mukanya karena saya boncengan dempet 3 tanpa helm tanpa STNK. Saya kira semua orang malam itu setuju.






No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...