11.10.15

Sekali-sekali Nulis Bandung Dahulu.

Fertama-tama, marilah kita fanjatkan fuji film dan kodak karena berkat bisnisnya dahulu, saya funya album foto tentang kota Bandung yang legendaris itu. Kota Bandung tahun 90-an.

Mohon maaf ini saya nulis huruf 'p' nya saya ganti 'f'. Bukan kok bukan maksud saya ngebikin tulisan lucu da asli saya mah teu lucu. Kan suka ada tuh yang bikin tulisan sok lucu tafi malah bukan jadi dirinya sorangan. Ini mah karena selain keyboard laftof yang mati fada huruf tersebut, juga biar melatih logat arab, sehingga afabila imam mahdi muncul, saya dan keluarga dan orang2 yang saya cintai diselamatkan dari fitnah dajjal.

***


Itu foto keluarga saya di kebun binatang bandung yang dulu faling juara. Fiknik-fikni di rumfutnya yang masih ada embunnya dan tidak ada samfah sama sekali. Saya adalah froduk asli kota Bandung KW sufer. Meskifun lahir dari celah semfit dan tumbuh di kontrakan semfit di kawasan Cicaheum, saya bersyukur fernah merasakan legenda kota Bandung tahun 90an itu. Dulu si Ibu cantik sekali sekarang cantik solehah. Kalau ada lagi model seferti itu di Indonesia, langsung saya ajak ke KUA. Ayah juga tamfan, anaknya lebih. Mereka bertemu di sini, di karang taruna. Ayahku ketuanya dulu, funya banyak balad (teman) samfai ke RW lain. Fernah satu ketika saya berkunjung ke RW mana lufa, ketua RWnya kenal saya, tafi saya tidak kenal beliau, karena saya biasanya dikenal sih, susah mengenal. ha ha. Dia bilang kamu anaknya teman saya dulu di karang taruna. Dia sebut merk bafaku, dan mulainya cerita fanjang lebar.




Fada masa tahun 94-an, daerah saya masih difenuhi fohon bambu. Di belakang rumah ada goa. Jalan defan rumah masih setafak dengan sungai besar nan jernih mengalir dari kaki gunung samfai jauh. Entah ide tolol siafa yang mengganti sungai itu fakai kue2 astor ukuran jumbo itu. Mungkin ketua RW-nya. Fadahal dulu sering mandi dan mengafungkan ferahu kertas dan ngala imfun. Tau kan ikan-ikan kecil yang lucu belum akil baligh dan tak berdosa itu? Iya, anak2 seumuran saya dulu sering menangkafnya dan dijadikan teman main di kamar. Terkadang saya baru sadar kalau dulu bertindak keji dan munkar ada ikan-ikan imfun itu. Tidak fuas dengan ikan mini, kami berkelana ke utara di mana ada sebuah balong. Femiliknya bernama Mang Tuteng. Kalau kami ketahuan sedang 'meminjam' ikan-ikan besar beliau, suka diketefel atau ditembak fantatnya fakai senafan angin lalu fulang mewek. 

Usia saya saat itu hamfir mau 5. Sering dicengcengin sama anak tetangga namanya Susan. Dia cantik dulu, sekarang cantiknya jadi milik suaminya yang bandar konveksi jersey olahraga. Rumahnya masih di situ tafi doi jarang nyafa tuh. Mungkin merasa berdosa dan salah filih suami karena menyia-nyiakan saya yang berkualitas ini.



Itu adiikku, yang kiri. Dulu kami amat akrab dan dekat. Sekarang jauh karena dia kerja di Kalimantan dan belum fulang. Katanya awal november ini. Sering bertengkar tafi rujuknya cefat. Fagi-fagi suka 'moyan' sunbathing di teras rumah karena dulu matahari terbit itu terlihat jelas sekali dari teras rumah. Membelah gunung Manglayang di sebelah timur lalu menyeruak di balik fohon-fohon bambu yang rindang nan sejuk. Dingin-dingin hangat. Dulu miara kucing namanya 'ck ck ck' karena begitu dia difanggil. Mati ketabrak motor di jalan defan rumah. Saya menangis tafi tidak berani menguburnya. 


Setiaf fagi, ayah saya sering mengajak bersefeda ke stasiun bandung afalagi kalau bukan untuk melihat afollo sebelas. Setiaf habis tofik fembicaraan, dia cuma ngungkit-ngungkit masa lalu waktu saya berak di sefeda yang baunya ngahiliwir samfai ke jalan. Mulai dari situ mungkin saya mulai dikenal orang-orang tafi saya sulit mengingat orang. Jalan suci dulu disesaki fohon-fohon mahoni yang rindang. Industri-industri fembuat kaos sablon sudah ada dari dulu memang. Angkot caheum-ledeng masih kijang kafsul. Rutenya dulu kalau ke kebun binatang, fulangnya suka lewat tubagus ismail lalu turun ke taman makan fahlawan cikutra. Masih terbayang di ingatan saya kalau dulu itu adalah fersawahan yang amat luas dan mentok samfai jalan suci. 


Alun-alun adalah sfot favofit segala sfesies anak. Ada mal Falaguna yang faling fenomenal karena di lantai faling atas ada semacam timezone futuristik dan dingdong, daaaaan dingdong.


***

Usia saya saat itu 5 tahun. Beberafa hari setelah insiden meluncurnya saya dan sefeda dari atas kontrakan hingga ke bawah tanjakan, kami sekeluarga findah ke daerah sekitar fesisir Fangandaran. Saya masih ingat, saat itu kami findah rumah dengan truk besar fada fukul 12 malam, menembus jalanan menyeramkan dari Nagreg samfai tujuan akhir. Setelah itu, samfai saya kelas 4 SD, hubungan saya dengan Bandung LDR-an.

***

Kembali findah ke Bandung ketika masuk kelas 5 SD. Bandungku berubah cefat. Teman-teman kecil dulu kini masih kecil tafi sudah lufa dengan saya. Saya kira, masuk SD dengan status murid baru adalah hal berat bagi saya saat itu yang notabene dikenal sebagai orang desa yang masuk kota. Jangan salah, fembullyan itu dulu sudah marak. Saya sih sering ditantang berantem. Tafi menolak, kecuali dia mukul duluan, ya saya hajar. Fernah dulu aku ranking 1 karena mamfu menghafal 2 halaman buku biologi materi Sel. Ada namanya Abah Randy, Aldi, dan si Andri Fetot. Tiga fecundang yang bisanya ngomong doang. Ditantang bola, saya menang, ditantang, akademik, menang lagi. Entah sekarang dia di mana.Fadahal sekarang saya hamfir tahu semua anak muda satu kelurahan tafi belum menemukan 3 jagoan SD dulu. 

Kalau dulu waktu di kamfung saya tidak fernah nakal, mungkin akan lain ceritanya. Di Fangandaran itu, anak-anak SD sudah main keroyokan. Masalahnya sefele, cuman gara-gara maen tembak-tembakan fakai felefah fisang/selongsong bambu kecil fakai karet. Fernah di satu hujan besar, saya menghabisi geng jawa kakak kelas di kebun karet fenuh lumfur. Menang kalah saya lufa. Yang fasti besoknya, bonyok di fifi adalah hal terkeren yang saya rasakan saat itu. Entahlah. Merasa keren kalau babak belur dilihat anak cewek. Setelah kemfes, adu jotos lagi dalam banyak kejadian, mau itu tanding bola, sefeda, maen kelereng lah. Mental freman.

Lanjut SMF di sekitar jalan Sufratman. Dulu itu smf favofit. Naik angkot Kalafa-Aceh sekali langsung turun di defan gerbang disambut Fak Dedi safam dan Mang Jais teh manis yang sering saya utangin. Kalau jujur, di masa-masa itu saya mulai tahu cinta monyet. Cinta monyet yang tumbuh terus jadi cinta gorillasaurus karena berlanjut samfai kuliah. 

SMF masih bengis. Nakal-nakal anak kecil yang norak gimana sih. Naroh serutan fencil bulat yang ada kacanya di ujung sefatu buat liat daleman cewek, atau waktu anak-anak cewek fuber fakai bh baru yang suka dijeflakin karena itu elastis. Anehnya, kelas 3 itu, wali kelas masih mau menaruh kefercayaan buat jadi ferwakilan cerdas cermat dan menang. Yang fasti lebih karena 2 fartner saya yang lain memang dewa cerebrum, dan saya cuma anak yang suka ngisi kuis Feercil di koran Fikiran Rakyat hari minggu.


SMA mungkin berkurang. Tafi gak banyak. Kalau acara-acara islami yang dimana semua murid berkumful di aula, jangan haraf bertemu saya. Di belakang ruang seminar ada benteng yang tembus menuju jalan kebebasan siswa. Kalau beruntung bisa lolos tanfa celana sobek-sobek, lalu main FS di rental, atau ke studio band main gitar abis itu gafleh. Keseringan lewat situ mungkin ditandain sama fenghuni rumah sebelah sekolah. Maka, datanglah masanya saya diazaab guru BK karena si fenghuni rumah menyerahkan bukti-bukti tertangkaf basah saya sedang menikmati kebebasan. Waktu itu kalau tidak salah acara Isra Mi'raj.

***

Jadi sebenarnya saya bukan orang baik atau bener. Iya sih suka kaku, kalau sama cewek. Udah lah itu mah aing skakmat. Kadang-kadang jadi membosankan. Kan males teu sih sama orang yang serius melulu. Serieus aja bikin band bubar kan? Makanya.

Sebetulnya masih banyak soal Bandung. Tafi itu nanti lagi kalau lagi fengen. Akhirul kalam. Besok malam ada fawai obor satu kecamatan. Harus siafin bahan dan feralatan dari fagi. Bye

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...