25.1.16

Titip Pesan

Tak pandailah aku berkata soal cinta yang kucoba tanam pada seseorang perempuan. Tak pandai pula aku berperilaku layaknya orang mencinta karena menyampaikan dengan lisan saja bisu tutur kata. Aku bahkan belum tahu caranya memaknai cinta pada perempuan yang terkasih karena seringkali yang kudapatkan hanya kekecewaan ketika aku mencoba menelaahnya, mencicipinya, bahkan sampai memperjuangkan perihal sesuatu yang aku percayai bahwa itu cinta.

Tulisanku ke belakang tentang perasaan ternyata hanya luapan emosi tidak tertata yang menjadikannya kekanak-kanakkan untuk dibaca. Perempuan yang identitasnya kucoba samarkan namun seolah menyinggung sebuah nama dan membuat kisah itu seolah ingin terbaca olehnya, sungguh selayaknya tidak kulakukan. Tidak ada pesan untuk disampaikan pada yang dimaksud. Hanya luapan emosi karena kekecewaan saja. Bukan sebuah pesan cinta, rasa, kasih, yang bisa disampaikan oleh sebuah media tak kasat mata yang aku percayai akan membawa pesanku padanya. Tidak ada.

Lalu dengan berbagai rentetan kejadian, kekecewaan, pedih peri yang diakibatkan harapanku yang terlalu tinggi ini, yang belum bisa mengatur rasa pada perempuan yang didamba, kutanya pada kalian, apakah ada lagi manusia malang di sekitarku yang masih menyimpan kasihnya pada satu orang saja yang berkali-kali memberimu pil pahit kekecewaan? Berlari dan berkelana tiada bedanya. Sama-sama pelarian dari kekecewaan dan harapan seakan-akan di luar sana akan ada yang mau menerima cintanya, daripada memberinya kecewa. Satu orang saja. 

Dalam doa terdapat rangkaian kata-kata yang barang tentu jelas maknanya. Aku ini, bahkan dalam berdoa dan mendoakan saja tidak terbiasa dengan tartilnya bibir berucap. Tembok-tembok dalam hati saja yang kugedor-gedor berontak. Dalam gaduhnya dinding hati itulah tempat do'a-do'a itu aku ucapkan jelas pada Tuhan yang aku percaya mendengar sekecil apapun bunyi dinding itu.

Selama ini, aku hanya berdoa, sudah cukuplah, kau, perempuan terkasih yang halus tutur katanya dan baik budinya, cukuplah melibatkan aku dalam pandanganmu. Palingkanlah matamu ke arah lain jika memang enggan padaku, karena sudah sejak lama aku (berusaha) berpaling, semampu yang aku bisa. Biarlah silaturahmi kita terputus dalam waktu lama, dalam keadaan kita tidak saling membutuhkan apa-apa sau sama lain, agar aku bisa melaju ke arah yang kuyakini di sana tidak akan menemui kekecewaan yang kau buat tanpa kau sadari, kasihku. Janganlah menyampaikan lagi satu dua kata padaku jika itu tidak terlalu perlu. Berhentilah berinteraksi di dunia maya yang justru aku harapkan kau melakukan itu dalam nyata. Semata-mata arena aku takut aku kembali terperosok dalam urusanmu, yang aku percaya membawa kutukan kekecewaan di akhirnya, namun anehnya aku selalu ingin kembali padamu, keseharianmu, kesedetikanmu, hingga redup amarahku padamu.

Berdoalah denganku, kasihku. Berdoalah dengan maksud yang sama denganku. Agar Tuhan sama-sama membantu kita untuk saling memalingkan arah tujuan hati kita masing-masing, jika memang kita tiada harus dipersatukan. Berdoalah dan berbuatlah sekuat mungkin untuk menjauh, meskipun aku tahu kau telah menjauh tanpa pernah kuminta dan memang Tuhan berikan jalanmu untuk begitu. Jalan yang sangat jauh sampai lewat batas pandangku. Untukku pribadi, semoga Tuhan menghilangkan segala rasa dan asa harapanku tentang suatu masa di mana aku mampu bersatu dengannya dalam ikatan suci itu, yang terlihat seperti hal mustahil, seorang pria berlumur dosa mendapat jatah perhiasan terbaik di dunia. Karena mengharapkan hal itu jauh lebih memperkuat dobrakan dalan tembok hati yang semakin dipukul akan semakin tebal rasanya. Biar Tuhan yang menuntun kemana langkah ini pergi. Aku tidak peduli, asal aku terbebas dari kecewa, asal aku sampai pada tujuan di mana cinta itu tiada kecewa. Setelah semua yang aku terima selama ini, aku berharap kita tidak pernah mengenal satu sama lain, kasihku. Tiadalah guna jika kita tidak saling memberi manfaat satu sama lain tetapi malah menyakiti satu sama lain. Jika Tuhan memang mempertemukan kita satu sama lain untuk membuat kita belajar mengenal rasa kecewa dan pulih setelahnya, aku mohon Ya Allah, selesaikanlah semua ini. Jika pertemuan ini harus diakhiri dengan pahit, pahitkanlah sekaligus tanpa harus dipertemukan kembali barang hanya 1-2 detik. Sesungguhnya tiada maksud hati untuk menghinakan kehadiran perempuan terkasih ini di kehidupanku. Tiada niatan sedikitpun. Namun jika Tuhan mempertemukan kita untuk suatu hal baik, dan tertulis di Lauh Mahfudz, sungguh aku berdoa semoga pada-Mu agar aku merasakan makna cinta sedalam-dalamnya dari seseorang yang memang aku kasihi dalam diam selama ini.


No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...